KIMIA KEBAHAGIAAN
(Kitab Kimyatusy- Sya'adah - Karya : Imam Al-Ghazali)
1 Pendahuluan
2 A nak Kunci Mengenal Alloh SWT
3 P embukaan Hati Ke Alam Ghaib
4 M engenal Alloh SWT
5 M engenal Dunia Ini
6 M engenal Akhirat
7 M emeriksa Diri Sendiri dan Mengingat Alloh SWT
8 T anda Tanda Cinta Kepada AllohSWT
9 Memandang Alloh SWT
PENDAHULUAN
Ketahuilah bahawa manusia ini bukanlah dijadikan untuk gurau-senda atau "sia-sia"
saja. Tetapi adalah dijadikan dengan 'Ajaib sekali dan untuk tujuan yang besar dan
mulia. Meskipun manusia itu bukan Qadim (kekal dari azali lagi), namun ia hidup
selama-lamanya. Meskipun tubuhnya kecil dan berasal dari bumi, namun Ruh atau
Nyawa adalah tinggi dan berasal dari sesuatu yang bersifat Ketuhanan. Apabila
hawa nafsunya dibersihkan sebersih-bersihnya, maka ia akan mencapai taraf yang
paling tinggi. Ia tidak lagi menjadi hamba kepada hawa nafsu yang rendah. Ia
akan mempunyai sifat-sifat seperti Malaikat.
Dalam peringkat yang tinggi itu, didapatinya SyurgaNya adalah dalam
bertafakur mengenang Alloh Yang Maha Indah dan Kekal Abadi.
Tidaklah lagi ia tunduk kepada kehendak-kehendak kebendaan dan kenafsuan
semata-mata. Al-Kimiya' Keruhanian yang membuat pertukaran ini. Seorang
manusia itu adalah ibarat Kimia yang menukarkan logam biasa (Base Metal)
menjadi emas. Kimia ini bukan senang hendak dicari. Ia bukan ada dalam
sebarang rumah orang.
Kimia ini ialah ringkasnya berpaling dari dunia dan menghadap kepada
Alloh Subhanahuwa Taala.
Bahan-bahan Kimia ini adalah empat :
1. Mengenal Diri
2. Mengenal Alloh
3. Mengenal Dunia ini Sebenarnya. (Hakikat Dunia)
4. Mengenal Akhirat sebenarnya (Hakikat Akhirat)
Tambah lagi satu bahan-bahan kimianya yaitu Mencintai Alloh sebagaimana yang
terdapat dalam bab-bab.
Kita akan teruskan perbincangan kita berkenaan bahan-bahan ini satupersatu...
Insya Alloh.
Untuk menerangkan Al-Kimiya' itu dan cara-cara operasinya, maka pengarang
(Imam Ghazali) coba menulis Kitab ini dan diberi judul "Al-Kimiya' As-Saadah"
yakni Kimia Kebahagiaan. Bahwa perbendaharaan Tuhan dimana Kimia ini boleh
didapati ialah Hati Para Ambiya' dan pewaris-pewarisNya dari kalangan ulamaulama
Sufi kalangan Aulia Alloh. Barang siapa yang mencarinya selain itu adalah
sia-sia dan akan Muflis (bangkrut) di Hari Pengadilan kelak apabila ia mendengar
suara yang mengatakan :
"Kami telah angkat tirai dari kamu, dan pandangan kamu hari ini sangat
tajam dan nyata". (Qaaf:22)
Alloh Subhanahuwa Taala telah turunkan ke bumi ini 124,000 orang Ambiya
untuk mengajar manusia tentang bahan-bahan Al-Kimiya ini. Bagaimana hendak
menyucikan hati mereka dari sifat-sifat rendah dan keji itu. Ikuti perkembangan
perbincangan Imam Ghazali ini dari satu tingkat ke satu tingkat yang membuka
jalan-jalan orang-orang Sufi yang mencapai Maqam Mahabbah, puncak tertinggi
kebahagiaan yang ingin dimiliki oleh orang-orang yang Mengenal Alloh.
ANAK KUNCI UNTUK MENGENAL ALLOH
Mengenal diri itu adalah "Anak Kunci" untuk Mengenal Alloh. Hadis ada
mengatakan :
MAN 'ARAFA NAFSAHU FAQAD 'ARAFA RABBAHU
(Siapa yang kenal kenal dirinya akan Mengenal Alloh)
Firman Alloh Taala :
Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami
di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi
mereka bahwa Al Qur'an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak
cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?
(QS. 41:53)
Tidak ada hal yang melebihi diri sendiri. Jika anda tidak kenal diri
sendiri, bagaimana anda hendak tahu hal-hal yang lain? Yang dimaksudkan dengan
Mengenal Diri itu bukanlah mengenal bentuk lahir anda, tubuh, muka, kaki, tangan
dan lain-lain anggota anda itu. karena mengenal semua hal itu tidak akan
membawa kita mengenal Alloh. Dan bukan pula mengenal perilaku dalam diri anda
yaitu bila anda lapar anda makan, bila dahaga anda minum, bila marah anda
memukul dan sebagainya. Jika anda bermaksud demikian, maka binatang itu
sama juga dengan anda. Yang dimaksudkan sebenarnya mengenal diri itu ialah:
Apakah yang ada dalam diri anda itu?
Dari mana anda datang? Kemana anda pergi? Apakah tujuan anda berada
dalam dunia fana ini? Apakah sebenarnya bagian dan apakah sebenarnya
derita?
Sebagian daripada sifat-sifat anda adalah bercorak kebinatangan. Sebagian pula
bersifat Iblis dan sebagian pula bersifat Malaikat. Anda hendaklah tahu sifat yang
mana perlu ada, dan yang tidak perlu. Jika anda tidak tahu, maka tidaklah anda
tahu di mana letaknya kebahagiaan anda itu.
Kerja binatang ialah makan, tidur dan berkelahi. Jika anda hendak jadi binatang,
buatlah itu saja. Iblis dan syaitan itu sibuk hendak menyesatkan manusia, pandai
menipu dan berpura-pura. Kalau anda hendak menurut mereka itu, lakukan
sebagaimana kerja-kerja mereka itu. Malaikat sibuk dengan memikir dan
memandang Keindahan Ilahi. Mereka bebas dari sifat-sifat kebinatangan.
Jika anda ingin bersifat dengan sifat KeMalaikatan, maka berusahalah
menuju asal anda itu agar dapat anda mengenali dan menuju pada Alloh
Yang Maha Tinggi dan bebas dari belenggu hawa nafsu. Sebaiknya
hendaklah anda tahu kenapa anda dilengkapi dengan sifat-sifat
kebintangan itu.
A dakah sifat-sifat kebinatangan itu akan menaklukkan anda atau adakah anda
menakluki mereka?. Dan dalam perjalanan anda ke atas martabat yang tinggi itu,
anda akan gunakan mereka sebagai tunggangan dan sebagai senjata.
Langkah pertama untuk mengenal diri ialah mengenal bahwa anda itu terdiri dari
bentuk yang zhohir, yaitu tubuh ; dan hal yang batin yaitu hati atau Ruh
. Yang dimaksudkan dengan "HATI" itu bukanlah daging yang terletak dalam
sebelah kiri tubuh.
Yang dimaksudkan dengan "HATI" itu ialah satu hal yang dapat
menggunakan semua kekuatan, yang lain itu hanyalah sebagai alat dan
kaki tangannya saja. Pada hakikat hati itu bukan termasuk dalam bidang
Alam Nyata(Alam Ijsam) tetapi adalah termasuk dalam Alam Ghaib. Ia
datang ke Alam Nyata ini ibarat pengembara yang melawat negeri asing
untuk tujuan berniaga dan akhirnya kembali akan kembali juga ke negeri
asalnya. Mengenal hal seperti inilah dan sifat-sifat itulah yang menjadi
"Anak Kunci" untuk mengenal Alloh.
Sedikit ide tentang hakikat Hati atau Ruh ini bolehlah didapati dengan
memejamkan mata dan melupakan segala hal yang lain kecuali diri sendiri.
Dengan cara ini, dia akan dapat melihat tabiat atau keadaan "diri yang tidak
terbatas itu". Meninjau lebih dalam tentang Ruh itu adalah dilarang oleh
hukum. Dalam Al-Quran ada diterang,
Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu
termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan
melainkan sedikit". (Bani Israil:85)
Demikianlah sepanjang yang diketahui tentang Ruh itu dan ia adalah mutiara
yang tidak bisa dibagi-bagi atau dipecah-pecahkan dan ia termasuk dalam "Alam
Amar/perintah". Ia bukanlah tanpa permulaan. Ia ada permulaan dan
diciptakan oleh Alloh. Pengetahuan falsafah yang tepat mengenai Ruh ini
bukanlah permulaan yang harus ada dalam perjalanan Agama, tetapi adalah
hasil dari disiplin diri dan berpegang teguh dalam jalan itu, seperti tersebut di
dalam Al-Quran :
Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, benarbenar
akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan
sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.
(Al-Ankabut:69)
Untuk menjalankan perjuangan Keruhanian ini, bagi upaya pengenalan kepada
diri dan Tuhan, maka · Tubuh itu bolehlah diibaratkan sebagai sebuah Kerajaan,
· Ruh itu ibarat Raja.
· Pelbagai indera (senses) dan daya (fakulti) itu ibarat satu
pasukan tentara.
· Aqal itu bisa diibaratkan sebagai Perdana Menteri.
· Perasaan itu ibarat Pemungut pajak, perasaan itu terus
ingin merampas dan merampok.
· Marah itu ibarat Pegawai Polisi,
· marah sentiasa cenderung kepada kekasaran dan
kekerasan.
Perasaan dan marah ini perlu ditundukkan di bawah perintah Raja. Bukan dibunuh
atau dimusnahkan karena mereka ada tugas yang perlu mereka jalankan, tetapi
jika perasaan dan marah menguasai Aqal, maka tentulah Ruh akan hancur.
Ruh yang membiarkan kekuatan bawah menguasai kekuatan atas adalah ibarat
orang orang yang menyerahkan malaikat kepada kekuasaan Anjing atau
menyerahkan seorang Muslim ke tangan orang Kafir yang zalim. Orang yang
menumbuh dan memelihara sifat-sifat iblis atau binatang atau Malaikat akan
menghasilkan ciri-ciri atau watak yang sepadan dengannya yaitu iblis atau binatang
atau Malaikat itu. Dan semua sifat-sifat atau ciri-ciri ini akan nampak dengan
bentuk-bentuk yang jelas di Hari Pengadilan.
· Orang yang menurut hawa nafsu nampak seperti babi,
· Orang yang garang dan ganas seperti anjing dan serigala,
· Orang yang suci seperti Malaikat.
Tujuan disiplin akhlak (moral) ialah untuk membersihkan Hati dari karat-karat hawa
nafsu dan amarah, sehingga ia jadi seperti cermin yang bersih yang akan
memantulkan Cahaya Alloh Subhanahuwa Taala.
Mungkin ada orang bertanya,
"Jika seorang itu telah dijadikan dengan mempunyai sifat-sifat binatang,
Iblis dan juga Malaikat, bagaimanakah kita hendak tahu yang sifat-sifat
Malaikat itu adalah sifatnya yang hakiki dan yang lain-lain itu hanya
sementara dan bukan sengaja?"
Jawabannya ialah mutiara atau inti sesuatu makhluk itu ialah dalam sifat-sifat yang
paling tinggi yang ada padanya dan khusus baginya. Misalnya keledai dan kuda
adalah dua jenis binatang pembawa barang-barang, tetapi kuda itu dianggap lebih
tinggi darjatnya dari keledai karena kuda itu digunakan untuk peperangan. Jika ia
tidak boleh digunakan dalam peperangan, maka turunlah ke bawah derajatnya
kepada derajat binatang pembawa barang-barang. saja.
Begitu juga dengan manusia; daya yang paling tinggi padanya ialah ia bisa berfikir
yaitu Aqal. Dengan pikiran itu dia bisa memikirkan hal-hal Ketuhanan. Jika daya
berfikir ini yang meliputi dirinya, maka bila ia mati (bercerai nyawa dari tubuh) , ia
akan meninggalkan di belakang semua kecenderungan pada hawa nafsu dan
marah, dan layak duduk bersama dengan Malaikat. Jika berkenaan dengan
sifat-sifat Kebinatangan, maka manusia itu lebih rendah tarafnya dari binatang,
tetapi Aqal menjadikan manusia itu lebih tinggi tarafnya, karena Al-Quran ada
menerangkan bahwa,
Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan
untuk (kepentingan) mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan
menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. Dan di antara
manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu
pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan.
(Luqman:20)
Jika sifat-sifat yang rendah itu menguasai manusia, maka setelah mati, ia akan
memandang terhadap keduniaan dan merindukan keindahan di dunia saja.
Ruh manusia yang berakal itu penuh dengan kekuasaan dan
pengetahuan yang sangat menakjubkan.
Dengan Ruh Yang Berakal itu manusia dapat menguasai segala cabang
ilmu dan Sains.
Dapat mengembara dari bumi ke langit dan balik semula ke bumi dalam
sekejap mata.
Dapat memetakan langit dan mengukur jarak antara bintang-bintang.
Dengan Ruh itu juga manusia dapat menangkap ikan ikan dari laut dan
burung-burung dari udara.
Menundukkan binatang-binatang untuk tunduk kepadanya seperti gajah,
unta dan kuda.
Lima indera (pancaindera) manusia itu adalah ibarat lima buah pintu terbuka
menghadap ke Alam Nyata (Alam Syahadah) ini.
Lebih ajaib dari itu lagi ialah Hati. Hatinya itu adalah sebuah pintu yang
terbuka menghadap ke Alam Arwah (Ruh-ruh) yang ghaib.
Dalam keadaan tidur, apabila pintu-pintu dunia tertutup, pintu Hati ini terbuka
dan manusia menerima berita atau kesan-kesan dari Alam Ghaib dan kadangkadang
membayangkan hal-hal yang akan datang. Maka hatinya adalah ibarat
cermin yang memantulkan (bayangan) apa yang tergambar di Luh Mahfuz.
Tetapi meskipun dalam tidur, pikiran tentang hal-hal keduniaan akan
menggelapkan cermin ini. maka gambaran yang diterimanya tidaklah terang.
Setelah lepasnya nyawa dengan tubuh (mati), Pikiran-pikiran tersebut hilang
sirna dan segala sesuatu terlihatlah dalam keadaan yang sebenarnya.
Firman Alloh dalam Al-Quran :
Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami
singkapkan dari padamu tutup (yang menutupi) matamu, maka
penglihatanmu pada hari itu amat tajam. (Qaaf:22).
Sabtu, 30 Maret 2013
muqoddimah kimia kebahagiaan imam ghozali
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar