Nama
Kitab
|
:
|
AlUlama Al Mujaddidun
|
Pengarang
|
:
|
KH.
Maimun Zubair
|
Penerbit
|
:
|
Maktabah Anwariyah
|
Tebal
Kitab
|
:
|
55
halaman
|
Al-Qur'an
diturunkan oleh Allah sebagai pedoman bagi manusia secara universal dalam semua
perbuatan, ucapan, maupun kehidupan (individu atau sosial). Sebagai pedoman
yang masih global maka hal itu tidak bisa nyata tanpa adanya figur untuk
menjadi qudwah (panutan) sesuai dengan intisari Al-Qur'an. Oleh sebab itu Allah
mengutus nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan yang segala perbuatannya
tercermin dari Al-Qur'an. Konsekuensinya, manusia diwajibkan untuk mengikuti
dan menjalankan apa yang diperintah maupun yang dilarang oleh beliau.
Sebagaimana dijelaskan dalam alqur'an
وما اتاكم الرسول فخذوه وما نهاكم عنه
فانتهوا
Seiring
dengan bergesernya waktu dan telah wafatnya nabi maka dibutuhkan lagi figur
yang mampu menuntun manusia dalam berpegang teguh pada ajaran-ajaran Al-Qur'an.
Figur tersebut tak lain adalah para ulama' yang telah dipilih Allah untuk
menggantikan posisi nabi. Ulama inilah yang nantinya akan memperbaharui agama
islam sehingga islam selalu relevan dengan tathowwur al-zaman (evolusi zaman)
dimana saja dan kapan saja. Hal ini sesuai dengan hadis nabi : ا
إن الله يبعث لهذه الامة على رأس كل
سنة من يجدد لها دينها
Dari fenomena diatas maka KH. Maimoen
zubair mengarang sebuah kitab yang mengulas tentang ulama-ulama pembaharu yang
muncul setiap kurun satu abad. Al Ulama Al Mujaddidun merupakan refleksi kitab
yang mampu membawa kita untuk lebih memahami perubahan-perubahan zaman dengan
segala problem-problemnya.
Didalam
kitab tersebut dijelaskan bahwa hukum islam berangsur-angsur mulai hilang,
terkikis oleh globalisasi. Diantaranya adalah masalah perbudakan, jihad fi
sabilillah, penegakan hukum (al-hudud) serta zakat mata uang emas dan perak.
Penulis juga menjelaskan tentang wajibnya zakat mata uang kertas serta menolak
pendapat orang yang tidak mewajibkannya.
Setelah
itu penulis secara efektif menjabarkan dan membahas tentang eksistensi islam
pada saat turunnya nabi Isa AS. Dijelaskan bahwasanya nabi Isa AS diturunkan
Allah untuk memerangi Dajjal yang telah menyesatkan banyak manusia. Pada masa
Dajjal inilah muncul keanehan-keanehan di dunia ini yang kesemuanya itu
merupkan istidroj baginya untuk memikat orang-orang yang tidak
diberi hidayah Allah SWT.
Di
akhir kitab tersebut secara jenial penulis mendemonstrasikan keahliannya
sekaligus juga mencarikan solusi bagi problem-problem intelektual dan sosial
yang muncul dalam masyarakat, yaitu dengan berpegang teguh pada kitab-kitab
ulama fiqih serta tidak fanatik pada satu aturan madzhab. Dengan demikian
masyarakat tidak akan melenceng dari syari'at-syari'at islam dan terhindar dari
ajaran-ajaran yang menyesatakan. Wallahu a'lam.
0 komentar:
Posting Komentar