Pages

Rabu, 17 April 2013

pesantren suka miskin (jawa barat)

Tidak sedikit ulama-ulama dan para Kyai yang sekarang mempunyai nama serta berpengaruh besar dalam masyarakat priangan khususnya dan masyarakat daerah Jawa Barat umumnya adalah hasil gemblengan dan godogan ilmu di Pondok Pesantren Sukamiskin
Banyak yang tidak menyangka pesantren sukamiskin telah berdiri cukup lama, dan banyak menghasilkan para kyai yang akhirnya mendirikan pesantren-pesantren di kota Bandung. Pondok Pesantren Sukamiskin berada di bawah pimpinan KH.R. Muhammad Alqo selama kurang lebih 29 tahun yakni dari tahun 1881 M sampai dengan 1910 M atau tahun 1300 H sampai dengan 1329 H. Dalam jangka waktu sekian ini beliau berhasil mendidik siswa-siswanya sehingga menjadi ulama besar, sebagai salah satu dari pada murid beliau adalah yang menjadi Pahlawan Nasional K.H. Zainal Musthofa almarhum. “Pesantren Ini Cukup Berperan Dalam Sejarah Perkembangan Pesantren Di Bandung,Selain Itu Juga Menghasilkan Lulusan Yang Juga Menjadi Pahlawan Nasional, Semisal KH. Zainal Mustofa Yang Gugur Sebagai Syuhada Ketika Melawan Penjajah” tutur Fiqi, putera dari pimpinan pesantren ini.
Dalam periode ke II, yaitu setelah K.H.R. Muhammad Alqo mengakhiri hayatnya, pimpinan Pondok Pesantren beralih pada puteranya 

K.H.R.A Dimyati beserta menantunya R.H.S. Anisa

h. Sebelum memimpin Pondok Pesantren pengalaman yang pernah ditempuh oleh K.H.R.A. Dimyati antara lain menuntut ilmu di Pesantren Kresek Garut yang kemudian bermukim di Mekah kurang lebih selama sembilan tahun, bersama –sama dengan K.H.A Sanusi almarhum (Pendiri dan Pembina Pesantren Gunung Puyuh Sukabumi). Pada masa beliaulah (periode ke II tahun 1910 M sampai 1946 M atau 1329 H sampai 1365 H) harum dan cemerlangnya nama Pesantren Sukamiskin di daerah Jawa Barat.
Pada periode ke II ini sebagai pembantu pimpinan K.H.R. Muhammad Chalil, saudaranya sendiri. Kurang lebih 36 tahun lamanya, Pondok Pesantren Sukamiskin mengalami kejayaan dan pada masa ini pula siswa Pesantren Banyak orang yang datang dari berbagai pelosok daerah Jawa Barat. Baru setelah beliau wafat, Pondok Pesantren mengalami kepakuman selama kurang lebih dua tahun, karena terhambat dengan adanya peperangan menjelang kemerdekaan Indonesia. Setelah negara aman kembali dan kemerdekaan pun sudah diproklamirkan, maka K.H.R Haedar Dimyati, putera dari K.H.R.A. Dimyati mulai merintis kembali ke Pondok Pesantren yang semula sudah mengalami kepakuman itu dan berhasil memulihkan kembali seperti keadaan semula walaupun dalam jangka waktu yang agak lama. Pondok Pesantren Sukamiskin pada periode ke III ini, keadaannya cukup baik walaupun tidak sebaik periode ke II.
Periode ke III berakhir karena K.H.R. Haedar Dimyati mengakhiri hayatnya yaitu pada tahun 1967 dalam usia yang masih muda karena menderita penyakit yang mengakibatkan beliau pulang ke Rahmatullah. Sepeninggalnya, pimpinan Pondok Pesantren dipegang langsung oleh istrinya R.H. Siti Romlah Binti K.H.R. Muhammad Burhan (Pendiri dan Pimpinan Pesantren Cijaura Buah Batu Bandung), dan adiknya K.H.R. Sofwan, sementara putera K.H.R. Haedar, yaitu R. Abdul Aziz menuntut ilmu pengetahuannya di Pesantren Lirboyo Kediri yang dipimpin oleh K.H. Makhrush Ali. Tetapi sebelum selesai masa belajarnya R. Abdul Aziz, kakaknya (Puteri sulung K.H.R. Haedar) menikah dengan salah seorang siswa yang terkemuka  KH Imam Shonhaji  (juga siswa Pesantren Lirboyo Kediri, sebelum menimba ilmu di Pesantren Sukamiskin). Maka sejak itulah pimpinan Pondok Pesantren beralih kepadanya KH. Imam Sonhaji.(T2/Gilang Abimanyu)

0 komentar:

Posting Komentar