Kyai"
Kyai sebenarnya istilah lain dari
kata Ulama, namun orang jawa dan madura khususnya sering mengistilahkan dan
menyebut orang yang mengasuh pondok pesantren dan sangat mendalam ilmu agamanua
(Islam) adalah kyai. Sebagian besar pondok pesantren di daerah jawa dan madura
sosok Kyai merupakan sosok yang sangat berpengaruh, kharismatik, berwibawa dan
peduli dengan derita umatnya. Selain kriteria tersebut kyai sebagian besar di
daerah jawa dan madura adalah pendiri dari pondok pesantren yang berada
ditengah-tengah masyarakat. Maka tak heran sosok kyai di masyarakat sangat
dihormati, dikagumi dan dicintai oleh masyarakat. Hal ini terjadi karena tidak
sedikit para kyai selalu peduli, bermasyarakat dan memperhatikan umat atau
rakyat kecil. Dan banyak juga kyai dalam masyarakat sering dijadikan tempat
curhat segala persoalan yang terjadi pada masyarakat, dimulai dari masalah
minta nama anaknya, pertanian, ekonomi, sosial, politik, budaya, agama hingga
persoalan jodoh atau nasib. Dapat dikatakan sosok Kyai dalam strata sosial
masyarakat termasuk berada pada strata sosial yang tinggi hal ini terjadi tidak
lepas dari peranannya yang sangat besar untuk memberdayakan masyarakat pada
lingkungannya.
Sejak Islam mulai tersebar di
pelosok jawa, terutama sejak abad 13 dan 14 Masehi, para kyai sudah mendapatkan
status sosial yang tinggi. Di bawah pemerintahan kolonial Belanda, sosok kyai
mempunyai daya tawar tinggi. Walaupun sebagian besar kyai itu tinggal di
desa yang jauh dari pusat kekuasaan dan pemerintahan, namun mereka merupakan
bagian dari kelompok elite masyarakat yang disegani sekaligus
berpengaruh baik secara politik, ekonomi, maupun sosial budaya. Tidak
jarang suara kritis dari kyai dianggap sebagai tindakan makar terhadap
Belanda
Menurut asal muasalnya, sebagaimana
telah dirinci oleh Zamakhsyari Dhofier, perkataan atau istilah kyai dalam
bahasa jawa sering dipakai untuk tiga jenis gelar yang saling berbeda. Pertama,
sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang yang dianggap sakti dan kramat,
misalnya kyai tombak pleret atau Kyai Garuda Kencana yang dipakai untuk sebutan
kereta emas yang ada di kraton Yogyakarta. Kedua, sebagai gelar kehormatan
bagi orang-orang tua pada umumnya. Ketiga, sebagai gelar yang
diberikan oleh masyarakat kepada seseorang ahli agama Islam yang memiliki atau
menjadi pimpinan pesantren. Pada jenis ketiga inilah maksud dari kyai yang
terdapat dari pondok pesantren atau dalam bahasa arab sering diistilahkan
dengan Ulama.
Dalam pandangan al-Qur’an, Ulama
dlihat sebagai bagian dari umat yang memegang peran yang sangat penting dan
strategis dalam pembentukan masyarakat yang mardhatillah. Ulama berasal
dari bahasa Arab; ’alima, ya;lamu, ;alim yang artinya orang yang
mengetahui. Kata ’alim bentuk jamaknya adalah ’alimun. Sedangkan ulama
adalah bentuk jamak dari ’alim yang merupakan bentuk mubalaghah, berarti
orang yang sangat mendalam pengetahuannya
Adapun ulama menurut arti
terminologi ialah seorang yang ahli ilmu agama Islam, baik menguasai ilmu Fiqh,
ilmu tauhid atau ilmu agama lainnya, dan mempunyai integritas kepribadian
yang tinggi, berakhlak mulia serta berpengaruh di dalam masyarakat. Namun,
pengertian ulama dalam perkembangannya, yaiut berarti orang yang mendalam ilmu
pengetahuan , baik ilmu pengetahuan yang bersumber dari Allah SWT. Yang
kemudian disebut ’ulum al-din, maupun ilmu pengetahuan yang bersumber
dari hasil penggunaan potensi akal dan indera manusia dalam memahami ayat kauniyah
yang kemudian disebut dengan ulum al-insaniyah atau al-’ulum atau
sains
Pemahaman yang lebih mudah tentang
ulama adalah seorang yang memahami, menguasai dan mengajarkan ilmu-ilmu yang
berkaitan dengan Islam, seperti Tafsir Al Qur’an, Fiqh, tauhid, Nahwu, Shorof,
Tasawuf di dalam lembaga pesantren. Banyak ragam dalam menyebut istilah ulama,
Orang jawa dan madura sering menyebutnya Kyai, jawa barat sering menyebutnya
ajengan, lombok tuan guru dan sumatera barat buya. Jadi sebenarnya kyai yang
sering diistilahkan oleh orang jawa dan madura adalah tidak jauh beda dengan
istilah Ulama yang terdapat dalam bahasa Arab (Qur’an).
Santri
Santri adalah istilah lain dari
murid atau siswa yang mencari ilmu pada lembaga pendidikan formal, bedanya
santri ini mencari ilmu pada pondok pesantren. (Adapun Asal muasal kata santri
dapat dilihat pada halaman sebelumnya). Dalam dunia pesantren istilah santri
terbagi menjadi dua kategori.
Pertama, santri mukim, yaitu santri yang berasal dari luar daerah
pesantren yang hendak bermukim dalam mencari ilmu. Ketika hendak berniat untuk
bermukim, santri tidak perli disibukan dengan membawa perlengkapan tidur
seperti layaknya dirumah. Karena dalam lingkungan pesantren sudah ditanamkan
kesederhanaan dan tanggungjawab. Santri mukim yang paling lama tinggal (santri
senior) di pesantren terebut biasanya merupakan satu kelompok tersendiri yang
memegang tanggungjawab mengurusi kepentingan pesantren sehari-hari. Santri
senior juga bertanggungjawab mengajar santri –santri yunior tentang kitab-kitab
dasar dan menengah.
Kedua, santri kalong, yaitu para santri yang berasal dari desa-desa
di sekitar pesantren.mereka bolak-balik (ngelajo) dari rumahnya sendiri. Para
santri kalong berangkat ke pesantren ketika ada tugas belajar dan aktivitas
lainnya. Apabila pesantren memiliki lebih banyak santri mukim daripada santri
kalong, maka pesantren tersebut adalah pesantren besar. Dan sebaliknya,
pesantren kecil memliki lebih banyak santri kalong dari pada santri mukim.
0 komentar:
Posting Komentar